BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya
Dakwah (dalam pengertian ini adalah seruan kepada jalan Allah), pada masa lalu,
masa saat ini dan yang akan datang tetap merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan bagi setiap mukmin sejati. Dakwah juga merupakan misi utama bagi
mereka yang menginginkan tercerahkannya umat Nabi Muhammad SAW.
Pada prinsipnya dakwah merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim, dan harus dilaksanakan oleh setiap insan yang telah mengikrarkan dirinya untuk tunduk dan patuh pada Islam, sebagai ajaran yang benar. Dakwah atau berdakwah memiliki cakupan yang amat luas dalam konteks ‘Amar Ma’ruf Nahi Mungkar’. Tentu saja selain hubungannya dengan Allah Swt, dakwah juga berhubungan erat dengan sisi kemanusiaan.
Imam Al-Ghazali secara khusus mengkaji masalah dakwah dalam kaitannya dengan ‘Amar Ma’ruf Nahi Mungkar’ dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu “Ihya Ulumuddin”. Kajiannya sangat jelas menggambarkan betapa kegiatan dakwah merupakan fenomena dalam masyarakat Muslim yang menyebabkan terbentuknya masyarakat Islam. peran Muslim dalam hal ini sesungguhnya merupakan pesan Al-quran dalam surat Al-Imran ayat: 110, dinyatakan:
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر …(أل عمران :١١٠)
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada Ma’ruf dan mencegah dari yang Munkar..”.(QS. Ali Imran: 110)
Sebagai Khairu Ummat, setiap manusia muslim terikat oleh komitmen kemusliman yang salah satunya ialah menyoal konsistensi sikap kemusliman terhadap janji yang telah diikrarkan dan dipersaksikan oleh Allah SWT, di mana yang terpenting adalah memlihara Agama Allah di atas muka bumi ini, Firman Allah:
“Di antara (sifat) orang-orang mukmin itu adalah setia kepada perjanjian yang mereka buat dengan kesaksian Allah, maka di anatar mereka (yang berjanji itu) adalah orang yang tinggal menyelesaikan tugasnya, dan di antara mereka adalah orang yang menaati (Ketentuan Allah sesuai janji-Nya) dan mereka tak mengubah (janji) itu sedikitpun” (QS. Al-Ahzab: 23)
Dakwah merupakan upaya (proses) mewujudkan tatanan kehidupan yang Islami, memfungsikan Al-Quran dalam kehidupan secara optimal, atau dengan menafsir surat al-An’am 153, dakwah itu adalah menciptakan kehidupan (al-Hayat fi Dhilalil Quran). Dengan demikian jelaslah bahwa dakwah merupakan peran yang harus dimainkan manusia muslim dalam menghantarkan manusia kepada tatanan hidup yang Qurani.
Pada prinsipnya dakwah merupakan kewajiban bagi setiap individu muslim, dan harus dilaksanakan oleh setiap insan yang telah mengikrarkan dirinya untuk tunduk dan patuh pada Islam, sebagai ajaran yang benar. Dakwah atau berdakwah memiliki cakupan yang amat luas dalam konteks ‘Amar Ma’ruf Nahi Mungkar’. Tentu saja selain hubungannya dengan Allah Swt, dakwah juga berhubungan erat dengan sisi kemanusiaan.
Imam Al-Ghazali secara khusus mengkaji masalah dakwah dalam kaitannya dengan ‘Amar Ma’ruf Nahi Mungkar’ dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu “Ihya Ulumuddin”. Kajiannya sangat jelas menggambarkan betapa kegiatan dakwah merupakan fenomena dalam masyarakat Muslim yang menyebabkan terbentuknya masyarakat Islam. peran Muslim dalam hal ini sesungguhnya merupakan pesan Al-quran dalam surat Al-Imran ayat: 110, dinyatakan:
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر …(أل عمران :١١٠)
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada Ma’ruf dan mencegah dari yang Munkar..”.(QS. Ali Imran: 110)
Sebagai Khairu Ummat, setiap manusia muslim terikat oleh komitmen kemusliman yang salah satunya ialah menyoal konsistensi sikap kemusliman terhadap janji yang telah diikrarkan dan dipersaksikan oleh Allah SWT, di mana yang terpenting adalah memlihara Agama Allah di atas muka bumi ini, Firman Allah:
“Di antara (sifat) orang-orang mukmin itu adalah setia kepada perjanjian yang mereka buat dengan kesaksian Allah, maka di anatar mereka (yang berjanji itu) adalah orang yang tinggal menyelesaikan tugasnya, dan di antara mereka adalah orang yang menaati (Ketentuan Allah sesuai janji-Nya) dan mereka tak mengubah (janji) itu sedikitpun” (QS. Al-Ahzab: 23)
Dakwah merupakan upaya (proses) mewujudkan tatanan kehidupan yang Islami, memfungsikan Al-Quran dalam kehidupan secara optimal, atau dengan menafsir surat al-An’am 153, dakwah itu adalah menciptakan kehidupan (al-Hayat fi Dhilalil Quran). Dengan demikian jelaslah bahwa dakwah merupakan peran yang harus dimainkan manusia muslim dalam menghantarkan manusia kepada tatanan hidup yang Qurani.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1.
Pengertian Nilai
Ideal Dakwah
2.
Pengertian Tauhid
3.
Pengertian Iman,
Islam, dan Ihsan
4.
Pengertian
Sunnah dan Hadis
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian Nilai Ideal Dakwah
2. Untuk
mengetahui pengertian Tauhid
3. Untuk
mengetahui pengertian Iman, Islam, dan Ihsan
4. Untuk
mengetahui pengertian sunnah dan hadis
|
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Nilai Ideal Dakwah

|
2.2
Pengertian Tauhid
Tauhid merupakan landasan dan selalu menjadi sumber dalam
menentukan arah dalam bidang lainnya. Menurut tata bahasa Arab tauhid berasal
dari kata wahada (menyatukan), yuwahidu (akan tetap menyatukan),
dan tauhidan (benar-benar disatu-kan). Secara terminology tauhid adalah
merebut itikad yang yakin tentang esanya Allah.[1]
Dalam pertahanan akidah, tauhid adalah benteng kaum muslimin,
sebagaimana disampaikan junjungan kita Nabi Muhammad SAW melalui hadits qudsi,
yang diriwayatkan Abu Na’im, Ibnu Najjar, dan Ibnu Taskir yang bersumber dari
Ali bin Abi Thalib r.a.,
“Apabila seseorang mengucapkan kalimat tauhid,’ laa ilaaha illallah
dengan hati yang penuh keikhlasan, keimanan, dan keyakinan maka berarti dia
telah masuk ke dalam benteng milik Allah dan dapat bertahan terhadap segala
macam kesulitan hidup. Pribadi atau umat itu akan merasa aman dari siksa dan
hukuman Allah.”
Kita tidak perlu ragu bahwa Menyegarkan Akidah Tauhid Insani sangat
penting dalam kehidupan, di tanah air, dimana budaya syirik ditumbuhkembangkan
dengan dalih melestarikan budaya lama.
Dalam akidah islamiyah, seorang muslim tidak akan menyembah kepada
selain Allah. Dan pula si muslim tidak akan meminta kepada selain Allah.
Makanya surah al-Fatihah yang kit abaca minimal 17 kali sehari, harus
Menyegarkan Akidah Tauhid Insani, supaya hanya Iyyakana’budu dan Iyyaka
nasta’iin (hanya Allah tempat menyembah atau hanya Allah tempat meminta).
Dalam zikir, kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” selalu diucapkan
dan diulang dengan penuh kekhusyuan, pengertian, tadabur, dan kedalaman
kejiwaan, bukan sekedar menggerakkan bibir atau lidah saja.
Anak kunci surge itu kata Nabi Muhammad saw. Adalah kalimat tauhid.
مِفْتَحُ
اْجَنَّةَ لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ
"Anak kunci
surge itu adalah ikrar laa ilaaha illallah”(HR al-Bazzar, Ahmad bin Hambal dari
Muadz bin Jabal r.a.)
Demikianlah pentingnya tauhid dalam hidup muslim, baik sebagai benteng
atau kunci surga. Apa guna kita menghabiskan malam dengan beribadah, tahajud,
dan baca Al-Quran, kalau bukan untuk mencari ridha Allah untuk diganjar dengan
surge-Nya kelak dalam kehidupan akhirat. Kita tidak punya pilihan dalam
memperbaiki hidup umat, kecuali dengan menyegarkan akidah tauhid insan.[2]
2.3 Pengertian Iman, Islam, Dan Ihsan
Rasulullah SAW
Bersabda:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ
بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ
السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى
الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ
عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ
الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ
وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ
اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ
عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا،
قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ
الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ
فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟
قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ
يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. [رواه مسلم]
“ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata
: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu
hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat
putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian
dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia
yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari
yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “
Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian “.(Riwayat Muslim)[3]
2.3.1 Iman
Pengertian Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa
Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن - ايمانا yang mengandung
beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.[4]
Imam al-Ghazali mengartikannya
dengan التصديق yaitu “pembenaran”.
Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :
الايمان فهو التصديق با لقلب
“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.
Menurut Imam Abu Hanifah:
الايمان هو الاقرار و التصديق
“ Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah ) dan
membenarkan (dengan hati)”.
Menurut Hasbi As-Shiddiqy ;
القول باللسان والتصد يق بالجنان والعمل باالاركان
“ Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh”.
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal
mendefinisikannya dgn:
قول و عمل و نية و ثمسك بالسنة
“Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan
dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah”.[5]
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala sesuatu baik berupa
perkataan,hati,maupun perbuatan. Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas
bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam
yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.
2.3.2
Islam
Pengertian
Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa
Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja
اسلم – يسلم - اسلاما Yang secara etimologi
mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm
dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan
diri.[6]
Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah
diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat
atau patuh dan berserah diri kepada Allah.[7]
Secara istilah kata Islam dapat
dikemukan oleh beberapa pendapat :
الاسلام وهو الاستسلام والانقياد الظاهر
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
b. Ab A’la
al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai.
Maksudnya seseorang
akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui
patuh dan taat kepada Allah.
c.
Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah
menyerahkan diri kepada Allah SWT.Maksudnya patuh
kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan
kepada larangannya.
2.3.3 Ihsan
Pengertian
Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il)
yaitu :
احسن – يحسن – احسا نا artinya : فعل الحسن ( Perbuatan baik ).
Menurut istilah ada beberapa pendapat
para ulama,yaitu:
a.
Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam
keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman
dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena
Allah.[8][7]
b.
Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan
seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan
sebagainya.[9]
2.4 Sunnah Rasul
Sunnah menurut bahasa berarti
tradisi, adat kebiasaan. Sunnah dalam terminology Islam adalah perbuatan,
ucapan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW atau disebut af’al, qaul,dan
taqrir. Pengertian sunnah
tersebut biasa disebut hadis yang berarti berita atau kabar.
Ada
sebagian ulama membedakan pengertian sunnah dengan hadis. Sunnah diartikan
sebagai perbuatan, ucapan, dan ketetapan atau keizinan Nabi Muhammad SAW yang
asli, sedangkan hadis adalah catatan tentang perbuatan, ucapan, dan ketetapan
Nabi Muhammad SAW yang sampai kepada kita. Oleh karena itu, semuanya adalah
sumber hukum dan sumber pedoman hidup. Namun, hendaknya juga diakui bahwa
terminology ilmu antara hadis dan sunnah sudah dianggap identik.
Dalam
pembicaraan mengenai sunnah, kita sering menemukan perkataan sunatullah. Maksud
perkataan itu berbeda dengan arti sunah Rasul.
Sunatullah
adalah ketentuan Allah SWT mengenai hukum-hukum yang berlaku bagi alam sebagai
hukum objektif yang pasti. Contoh sunatulla, seperti hukum bahwa setiap benda
yang dilempar keatas dalam ketinggian tertentu pasti mendapatkan daya tarik
bumi. Itulah yang disebut sunatullah.
Salah
satu jenis sunnah ialah sabda-sabda Nabi Muhammad SAW sedangkan Al-Quran pun
melalui ucapan Nabi Muhammad SAW. Al-Quran adalah wahyu Allah SWT yang isi dan
redaksinya disusun Nabi Muhammad SAW dan Nabi tidak memerintahkan sahabat untuk
menuliskannya pada waktu itu.
Di
samping itu, sebagaimana tersebut di atas, terdapat pula beberapa terminology
yang ada sangkut pautnya dengan sunnah atau hadis, yaitu:
1. Atsar, yaitu perbuatan dan ucapan para
sahabat Nabi Muhammad SAW yang kadang-kadang disebut hadis maukuf.
2. Khabar, yaitu yang menyangkut semua berita
dari manapun datangnya. Ada kalanya hadis Nabi Muhammad SAW di sebut khabar,
seperti pengertian sunnah dalam bahasa sunnatul awwalin, yang artinya tradisi
orang-orang terdahulu.[10]
Sunnah
atau hadis dapat dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Apabila ditinjau dari segi
bentuknya, hadis terbagi kepada :
a. Fi’li, yaitu perbuatan Nabi Muhammad SAW.
b. Qauli, yaitu ucapan Nabi Muhammad SAW.
c. Taqriri, yaitu ketetapan atau keisinan Nabi
Muhammad SAW yang disaksikan oleh Nabi dan Nabi tidak melarangnya.
2. Apabila ditinjau dari segi jumlah
orang-orang yang menyampaikannya, sunnah dan hadis terbagi atas:
a. Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan orang
banyak dan yang menurut akal yang tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta
disampaikan melalui indra.
b. Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan orang
banyak yang khalayak ramai, tetapi tidak sampai derajat mutawatir, baik karena
jumlahnya maupun karena tidak dengan indra.
c. Ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh
seorang atau lebih yang tidak sampai kepada tingkat masyhur maupun mutawatir.
3. Apabila ditinjau dari kualitasnya,
hadist terbagi atas :
a. Sahih, yaitu hadis yang sehat dan
diriwayatkan oleh orang saleh dan kuat hafalanny; materi dan persambungan
sanadnya dapat dipertanggungjawabkan.
b. Hasan, yaitu hadis yang memenuhi
persyaratan hadis sahih, tetapi segi hafalan pembawanya kurang kuat.
Apabila mematuhi Rasulullah, ia berarti patuh dan mencintai
Allah SWT. Disamping itu, dengan melaksanakan sunnah Rasul berarti mencintai
Allah SWT dan akan mendapat kasih saying-Nya dengan memperoleh ampunan
dari-Nya.[11]
BAB III
|
3.1 Simpulan
1.
Nilai
Ideal Dakwah adalah mentauhidkan Allah SWT, yang kemudian melahirkan sikap
Islam, Iman dan Ihsan yang mengacu kepada suri tauladan dari Nabi SAW baik
dalam ucapan, amalan maupun ketetapan beliau, yang hasilnya adalah
mcembersihkan diri dari segala bentuk kemaksiatan mengerjakan perintahperintah
Nya dan menjauhi segala larangan-larangan Nya.
2.
Menurut
tata bahasa Arab tauhid berasal dari kata wahada (menyatukan), yuwahidu
(akan tetap menyatukan), dan tauhidan (benar-benar disatu-kan).
Secara terminology tauhid adalah merebut itikad yang yakin tentang esanya Allah.
3.
Kata Iman
berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن - ايمانا yang mengandung
beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.
4.
Kata Islam berasal
dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja
اسلم – يسلم - اسلاما Yang secara etimologi
mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm
dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan
diri.
5.
Muhammad Amin
al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh
Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga
seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah SWT.
6. Sunnah menurut bahasa berarti
tradisi, adat kebiasaan. Sunnah dalam terminology Islam adalah perbuatan,
ucapan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW atau disebut af’al, qaul,dan
taqrir. Pengertian sunnah
tersebut biasa disebut hadis yang berarti berita atau kabar.
|
|
Abduh , Muhammad. 1976. Risalah Tauhid,
(Terjemahan) H. Firdaus. Jakarta : Bulan Bintang.
Ahmad , A.Malik. 1967. Tauhid Membentuk Pribadi Muslim jilid 1. Jakarta:
Perchidmatan Adjaran Islam.
Arifin, Samsul. 2014. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:
Deepublish.
Asmaran AS.
1992. Pengantar Study Tauhid. Jakarta : Rajawali Prees.
Imam An-Nawawi.Syarhu
Al-Arba’in An-Nawawiyah.hal.37
Louis Ma’luf. Kamus al-Munjid. Beirt :
al-Maktabah al-Katulikiyah, T.th.
Taher , K.H. Tharmizi. 2002. Menyegarkan Akidah Tauhid Insani:
MATI di Era Klenik. Jakarta: Gema Insani Press.
|
[1]
A.Malik Ahmad, Tauhid Membentuk Pribadi Muslim jilid 1. (Jakarta:
Perchidmatan Adjaran Islam, 1967), hal.19
[2]
K.H. Tharmizi Taher, Menyegarkan Akidah Tauhid Insani: MATI di
Era Klenik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal.93-94.
[9]Ibid hal.104
[10]
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Deepublish, 2014,
hal.119-120
[11]
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Deepublish, 2014,
hal.121-124